HIDUP UNTUK MENUNGGU IBU
Disuatu malam, hujan tiba-tiba turun,
terlihat seorang lelaki tengah kalut menanti istrinya yang hendak melahirkan.
Ia menunggu dengan cemas dan penuh harapan. Namun, semua nampak tak biasa dan
dihari itulah semua berawal.
(pak tio resah, berkali-kali ia mondar mandir
dengan rasa cemas, ia duduk dikursi ruang tamu sambil sesekali mengintip ke
pintu kamar)
(kemudian seorang bidan keluar dari pintu
kamar)
Pak Tio : “Bu, bagaimana istri dan
anak saya ?” (cemasnya)
Bidan : “ Alhamdulillah mereka
selamat, dan anak bapa, perempuan. Tapi....”
Pak Tio : “Syukurlah, tapi.... tapi
kenapa bu ? (Pak tio kebingungan)
Bidan :
“Tapi, maaf pak dengan sangat menyesal, anak bapak tidak dapat bicara. Ia tuna
wicara, dikarenakan saat lahir, lehernya terbelit ari-ari, sehingga membuat
pita suaranya terjepit dan tak berfungsi dan saat lahir pun, ia tak bisa
menangis.”
Pak tio :
“Apaaaaa ?... itu tidak mungkin bu, itu tidak mungkin.” (dengan kaget pak tio
menangis sambil memeluk anaknya)
Bidan :
“Saya mohon tenangkan diri bapak, bapak harus sabar, saya harap bapak bisa
tenang, jangan biarkan istri bapak shock dalam keadaan lemah.”
Pak Tio :
“Tapi bu, kenapa harus seperti ini ?” (ucapnya sambil menangis)
Bidan :
“Maaf pak, sayapun tidak bisa berbuat apa-apa, saya harap bapak sabar, kalau
begitu, saya mohon pamit.”
(tak berapa lama istri pak
Tio siuman)
Bu Salma :
“Ayah, dimana anakku ?”
Pak tio :
“Ibu... ibu sudah sadar ? Ini anak kita bu, anak kita perempuan.”
Bu Salma :
“Mana yah ? aku ingin menggendongnya “
Pak Tio :
“Ini Bu, anak kita cantik, tapi......
Bu Salma :
“Tapi.. Tapi kenapa yah ?”
Pak Tio :
“Tapi dia bisu bu, dia tidak bisa bicara” (menangis sambil memberikannya kepada
bu salma)
Bu Salma :
“Apaaaaa? Gak mungkin yah, ayah bohong. Pasti itu bukan anakku !” (sambil
menolak menggendong anaknya sendiri)
Pak Tio :
“Bu, ini anak kita bu, ibu gak boleh gitu”
(selama beberapa hari, Bu
Salma masih enggan menggendong bahkan menyusui anaknya, hingga suatu malam
pertengkaraan pun terjadi)
Pak Tio :”Bu
.. sudah seminggu ibu tak mau menggendong anak kita, bahkan kamu tak mau
menyusuinya, kasian anak kita bu”
Bu Salma :”itu
bukan anakku, aku tidak mungkin melahirkan anak yang cacat, semua ini salahmu
!” (dengan berteriak dia mengemas pakainnya)
Pak Tio :”bu
.. ibu mau kemana ? apa ibu tega meninggalkan ku dan anak kita ini ?”
Bu Salma :”Sudahlah
urus saja anakmu sendiri, aku akan pergi”
Pak Tio :”
bu ini takdir, ini cobaan buat kita, ini
anak kita bu !”
Bu Salma :
(tanpa bicara, Bu Salma pergi meninggalkan mereka)
15 tahun berlalu, Pak Tio membesarkan anaknya
sendirian, ia bekerja sebagai guru les tambahan, ia memberinya nama Bunga Lestari. Anak itu
tumbuh menjadi gadis yang cantik namun karena dia merasa minder, ia kurang
pergaulan bahkan jarang memiliki teman.
Suatu hari ia
sedang duduk terdiam menatap ayahnya diteras rumah.
Pak Tio :” kenapa nak ? (sambil
tersenyum kepada anaknya itu)
Bunga : (bergegas dia mengambil buku
kecil untuk menulis) “ayah lelah ?”
Pak Tio :”
kenapa bunga bertanya seperti itu ? tidak, ayah tidak lelah (berbohong kepada
anaknya)
Bunga :
(ia menulis lagi sambil menggelenkan kepala) “ayah bohong !”
Pak Tio :”
tidak nak, hanya saja ayah khawatir, sudah 15 tahun kamu hanya ditemani sebuah
pulpen dan buku, ayah mau kamu belajar menggunakan bahasa isyarat, agar kamu
juga bisa bermain seperti anak pada umumnya”
Bunga :
(dalam tangisan dia menulis lagi) “maafkan aku ayah, aku selalu membuat ayah
khawatir”
Pak Tio :”nak,
bagaimana kalo ayah carikan teman buat bunga ? tapi dia juga bisa ajari bunga,
bunga mau kan ?” (sambil mengelus kepalanya)
Bunga :
(ia mengangguk dan tersenyum)
Pak Tio :”ayah
sayang bunga”
(tanpa sengaja bunga melihat
bu Siti bersama anak perempuannya Nia yang sedang bercanda saat mereka
berjalan)
Nia :”
ibu ih, apa sih ? Nia ga suka sama indra, indra itu Cuma temen Nia Buuuu ..”
Bu Siti :”uuhh
.. anak ibu ini suka bohong yaa kalo lagi kasmaran, yaudah, nanti malam Nia mau
ibu masakin apa ?”
Nia :”nia
mau kangkung bu, pasti masakan ibu enak, itu kan makanan favorit Nia”
Bu Siti :”ah
dasar kamu, apa ga bosen ?”
Nia :”ya
enggalah buu, abis enak sih, siapa dulu yang masak, Ibunya Niaaaaaa ...”
(sambil memeluk pinggang ibunya)
(bunga terdiam, ia hanya merasa
hal tersebut belum pernah ia rasakan seumur hidupnya, kemudia ia bertanya
kepada ayahnya dalam sebuah tulisan).
Bunga :”ayaahh,
ibu bunga kemana ?”
Pak Tio :
(dia kaget) “ibumu ? ia akan segera kembali, dia juga sama mencintaimu seperti
ayah”
Bunga :
(ia terdiam kemudian menulis kembali) “kapan ibu pulang yah ?”
Pak tio :”ibu
kamu akan pulang ketika kamu sudah belajar dan menjadi anak yang pintar”
Bunga :”bagaimana
ibu ? apakah dia cantik ?”
Pak Tio :
(ia terdiam lalu pergi tanpa berbicara apapun)
Bunga :
(bunga sedih dan merasa sakit hati, ia menangis sambil memegang dadanya)
Tak lama seorang anak lelaki
datang, ia bernama Agung, murid les Matematika Pak Tio. Ia datang ke rumah pak
tio bermaksud untuk meminta les tambahan. Saat datang ia melihat bunga tengah
duduk di teras.
Agung :”permisi,
pak Tionya ada ?”
Bunga :
(ia kaget, kemudian mengangguk dan masuk kerumahnya)
Agung :
(kebingungan) “hah .. !! apa aku salah ?”
Tak sengaja Rani tetangga
bunga melihat agung yang kebingungan, dan bertanya kepadanya
Rani :”eh
kamu .. mau ke Pak Tio ya ?”
Agung :”iyaa,
ia ada dirumah ga ya ?”
Rani :”mungkin
ada, tunggu biar aku panggilkan. Pak tiooo .. paakkkk permisi .. pak ini ada
tamu”
Tak lama kemudian Pak Tio
datang
Pak Tio :”eh
Rani, iya ran, ada apa ?”
Rani :”ini
pak ada tamu buat bapak”
Pak Tio :”eh
agung, silahkan masuk, ran kenapa diluar gak ikut masuk?”
Rani :”ah
enggak pak makasih, rani mau pulang aja.”
Pak Tio :”oh,
ya udah, makasih ya ran!”
Rani :”sama-sama
pak”
(pak Tio pun masuk ke dalam)
Pak Tio :”oh
iya gung, ada perlu apa nak agung kemari?” (sambil duduk)
Agung :”pak,
agung minta les tambahan ya, tapi biar agung saja yang temuin bapak di rumah”
Pak Tio :”loh,
emangnya ada apa gung?”
Agung :”gini
lho pa, sebentar lagi kan agung UAS, nah ada materi yang belum agung paham pa,
bapak ada waktu gak?”
Pak Tio :”ada
gung, ya sudah nak agung nanti kesini saja, nanti kita atur jadwalnya.”
Agung :”baguslah
kalo begitu, terimakasih ya pak. Oh iya pak, siapa perempuan tadi yang duduk di
depan?”
Pak Tio :”oh
itu, dia anak bapak, kenapa?”
Agung :”oh
gak papa kok, cuman agung baru liat. Ya udah pak, agung pamit pulang,
assalamualaikum.” (sambil sun tangan)
Pak Tio :”ya
gung, waalaikumsalam, hati-hati ya.”
(keesokan harinya, Pak Tio
membawa seorang teman ia sengaja mengundang bu Vina untuk mengajarkan Bunga
belajar bahasa isyarat)
Pak Tio :”bunga,...
ayah membawa teman lho.” (membuyarkan lamunan bunga diruang tamu)
Bunga :
(siapa yah?)
Pak Tio :”kenalkan
ini ibu Vina, nanti dia bisa ajarin bunga belajar.”
Bu Vina :”hai
bunga, bagaimana kabarmu?, kamu cantik...” (sambil mengelus rambut)
Pak Tio :”kalau
begitu bu, maaf saya tinggal dulu, saya harus mengajar les hari ini, bunga,
ayah pergi dulu ya ? biar bu Vina yang temani bunga, Bu, jika ada tamu yang
datang suruh saja dia menunggu.”
Bu Vina :”Tentu
pak”
Pak tio pun pergi
Bu vina :”Bunga,
kamu harus belajar barbahasa isyarat menggunakan tangan dan ekspresi wajah
kamu, begini yaa ?
(selama beberapa jam saja,
bunga sudah merasa nyaman, bersama bu Vina, ia belajar banyak dari teman
ayahnya itu, kemudian mulai belajar bahasa isyarat)
Bu Vina :”Bunga,
kamu paham ? nah sekarang, bunga jangan malu menggunakan bahasa isyarat itu,
dan jangan malu untuk berkomunikasi dengan oranglain, apalagi orang asing ya ?”
Bunga :
(tersenyum kemudian mengangguk)
Siang harinya, agung datang
kerumah pak tio, bersama teman sekelasnya Citra. Namun sayangnya, saat itu pak
tio tidak ada dirumah.
Agung :”Permisi....”
(tak
lama, Riska teman bermain bunga datang, melihat agung dan citra)
Riska :”Emh,
siapa kalian ? ada perlu apa kerumah ini?”
Agung :”maaf,
kami ingin bertemu pak tio, apa dia ada ?”
Riska :”oh
pak Tio, mungkin dia ada di dalam, tunggu sebentar ya, biar aku panggilkan”
(riska masuk kedalam rumah dan melihat bunga tengah belajar)
Riska :”oh
ternyata ada tamu, maaf mengganggu”
Bu vina :”tidak
apa, lagian waktu bunga belajar sama ibu sudah habis”
Riska :”wah
akhirnya bunga belajar”
Bunga :
(tersenyum)
Bu vina :
“ sekarang kan udah ada temen bunga, kalo begitu ibu pamit pulang ya, bunga
belajar terus ya, dah J assalamu’alaikum :*
Bunga :
(mengangguk dan sun tangan kepada bu vina)
Riska :”oh
iya bu wa’alaikumsalam”
Diteras agung dan citra
berpapasan dengan bu vina, merekapun tersenyum
Bu Vina :”mari
ibu pulang duluan”
Agung+citra :”oh
iya bu, mari silahkan”
Citra :”siapa
gung ? kamu kenal ibu itu ?”
Agung :”entahlah,
tapi aku merasa tidak asing”
Citra :”hmmm.
Kemana perempuan tadi ? kemana juga guru les mu itu ?”
Agung :”itu
dia yang aku tidak tau”
(disamping itu bunga dan riska
tengah berbincang didalam rumah)
Riska :”oh
ya bunga, bagaimana kabarmu ?”
Bunga :
(ia tersenyum, menggunakan bahasa isyarat), “baik dan kamu ?”
Riska :”wah
kamu sudah belajar dengan baik, iya tentu aku baik, oh iya diluar ada laki*
mencari ayahmu, ayahmu ada ?”
Bunga :
(ia menggeleng dan menulis) “ayah tidak dirumah, ia mengajar les sejak tadi
pagi”
Riska :”oh
kalau begitu biar aku suruh pulang saja”
Bunga :
(bunga mencegah dan menulis) “jangan, biar dia menunggu didalam, ayah bilang
jika ada yang datang suruh ia menunggu”
Riska :”oh
iya baiklah”
Riska pun keluar dan
menyuruh agung agar menunggu pak tio didalam rumah, sementara itu bunga masuk
ke kamar.
Riska :”eh
bunga bilang tunggu saja didalam, tak lama lagi pak tio akan pulang.
Agung :”oh
iya baiklah, terima kasih”
Sambil duduk riska
berkenalan dengan agung dan citra
Riska :”kenalkan,
nama aku riska”
Agung :”aku
agung”
Citra :”aku
citra”
Riska :”kalian
murid lesnya pak tio juga ?”
Agung :”
iya aku muridnya dan ini temanku”
Riska :”oh
begitu, oh iya kalian kenal bunga ?”
Agung :”bunga
? tidak, siapa dia?”
Riska :”dia
anak Pak tio sekaligus sahabatku”
Agung :”oh
jadi namanya bunga, nama yang cantik”
Tak
disadari citra merasa cemburu saat agung memuji bunga, karena sebenarnya citra suka kepada agung
Citra :”hmm..
iya dia cantik.”
Riska :”oh
iyaa hari ini aku ada tugas, aku lupa” (ia bergegas masuk kamar menemui bunga)
.............................
Riska :”bunga
maaf yah, aku pulang dulu, nanti sore kesini lagi, aku ada tugas yang belum
diselesaikan.”
Bunga :”iya”
(menggunakan bahasa isyarat)
Riska :”agung,
citra, aku pamit pulang ya”
Citra :”loh,
ko pulang ?”
Riska :”iya,
maaf ya, aku ada tugas nih. Hehe duluan ya ?”
Agung :”oh
iya ris”
Lama
agung dan citra menunggu, mencoba belajar sendiri sambil menunggu pak tio
pulang. Mereka tetap tak paham soal matematika yang mereka kerjakan. Agung
hanya menghela nafas dan berceloteh sendiri.
Citra :”lama
sekali guru lesmu itu, huh.. citra pulang duluan yah, nanti saja agung jelaskan
ini disekolah ya ?”
Agung :”oh,
ya sudah hati-hati dijalan cit”
Citra :”iya,
aku duluan”
Citra
pulang
Agung :”huh,
bagaimana ini, hmm darimana sih ini ? ko jadi segini, aduh aku pusing”
Tanpa
sengaja bunga mendengarnya, ia mengintip dari pintu kamar, ia tersenyum melihat
lelaki menggerutu sendiri tak jelas, tak sengaja agung memergoki bunga yang
tengah tersenyum melihatnya.
Agung :”eh,
kamu bunga kan ?”
Bunga :
(ia mengangguk sambil malu-malu)
Agung :”kenapa
kamu senyum bukannya bantuin, itu juga kalo bisa”
Bunga :
(ia menatap lelaki itu dalam hatinya “tentu aku bisa”)
Dengan perlahan bunga
menghampiri agung dan melihat tugas yang agung kerjakan. Diambillah pensil dari
tangan agung dan ia kerjakan dengan cepat.
Agung :
(ia tak mengedip sedikitpun) “wah kamu hebat bunga”
Bunga :
(tersenyum)
Agung :”bagaimana
bisa kamu kerjakan soal secepat ini ? ini rumit ? memang benar, buah jatuh tak
jauh dari pohonnya”
Berawal dari situlah mereka
mulai akrab, bunga, riska, agung dan citra. Sering kali mereka belajar bersama
dengan pak tio sebagai gurunya. Namun, ketika itu agung belum tau bahwa selama
ini bunga tidak hanya pendiam, namun ia juga tidak dapat berbicara, suatu hari
bunga masuk kerumah sakit, ia sering pingsan dan sesak nafas, ketika itu riska
mulai bercerita semua tentang bunga kepada agung.
Agung :”aku
gak tau harus bilang apa, bunga pintar, baik dan aku suka, aku sayang dia, aku
khawatir sama keadaan dia.”
Riska :”aku
berharap dia baik-baik saja, agung aku punya surat buatmu dari bunga”
Agung :
(ia mengambil suratnya lalu membacanya.)
Agung, bunga boleh minta tolong ke agung ?
bunga minta agung cariin ibu bunga, ibu sudah lama ga pulang, bunga kangen ibu.
Bunga mau lihat ibu, agung teman bunga yang baik. Ayah selalu diam ketika bunga
tanya ibu, apa bunga salah ? agung bantu bunga yah ?
Semenjak itu agung mulai mencari informasi
tentang keberadaan ibunya bunga (saat agung bertanya mendesak pak tio)
Agung :”pak
saya mohon, beri saya informasi tentang ibu bunga”
Pak tio :”baiklah
agung, yang bapak tau hanya alamat orang tuanya ibu bunga dari selembar foto
yang bapak simpan, itu juga bapak simpan di rumah, dalam laci”
Agung :”bolehkah
saya mengambilnya ?”
Pak tio :”ya,
kamu ambil saja, ini kunci rumahnya”
Kemudian agung bergegas mencari alamat
bersama foto dalam laci dirumah bunga, dan ia mendapatkannya, namun tidak hanya
itu, ditemukannya diary kecil bernamakan bunga yang ia temukan tergeletak
dilantai.
(kemudian
diambillah olehnya)
Karena sangat terburu-buru saat keluar rumah
agung berpapasan dengan ibu siti dan Nia.
Ibu siti :”eh
ka, kakak habis darimana saja ?”
Nia :”ih
bu, bukannya ini rumah perempuan bisu itu ?”
Ibu siti :”nia,
kamu gak boleh begitu”
Agung :”agung
lagi bantu teman bu.”
Ibu siti :”oh
ya hati-hati ya nak”
Nia :”eh
ka, ko mau maunya kakak bantu cewe bisu, nia malu punya kakak yang temenan sama
orang bisu”
Agung :”diam
kamu, ini urusanku, ibu agung pergi dulu, assalamu’alaikum”
Agungpun pergi ke alamat itu. Ia mencari tau
informasi ibu bunga yang telah 15 tahun hilang, gingga pada saat itu ada salah
satu teman bu salma memberi tahu hal yang sebenernya.
Teman bu Salma:”sudah sekitar 1 tahun ibu salma
meninggal, ia meninggal ketika hendak mencari suaminya. ia meninggal tertabrak
oleh mobil truck dan tewas ditempat dan aku menemukan kertas ini kertas ini
dirumahnya, ambillah.
Dari situ agung tak
bisa berbicara, ia segera berlari dan pergi ke rumah sakit. Sesampainya disana
ia mendengar pembicaraan dokter dan pak tio.
Dokter :”bolehkah
saya berbicara dengan bapak sebentar ?”
Pak tio :”tentu
dok, mengenai apa ?”
Dokter :”ini
mengenai kondisi bunga pak.”
Pak tio :”kondisi
baik kan dok ?”
Dokter :”saya
punya 2 kabar pak”
Pak tio :”apa
itu dok ?”
Dokter :”kabar
baiknya bunga masih bisa bertahan. Namun, dia mengidap penyakit kanker hati
stadium terakhir. Saya harap bapak bisa tabah”
Pak tio :”apaaaaaaaaaa
dok ?
Dokter :”iya
pak, penyakit ini telah menyerang hati bunga selama 6 bulan terakhir.”
Agung :”apaaaaaaaaaaaaaaaa
? bungaaaaaaa (ia tersungkur jatuh terlalu lemas untuk berdiri, hatinya hancur,
ia menangis, dan mencoba bangun dan berlari ke arah kamar bunga)
Agung lemas, ia tak sanggup berbicara apapun,
ia hanya menatap gadis cantik tengah tertidur pulas, ketika ia ingat buku
bunga, dan diary bunga yang ia pegang. Ia pun membukanya.
Buku
Diary Bunga
Ya
Allah......... bunga selalu berdoa agar suara bunga bisa kembali
Ya Allah.........bunga selalu berdoa agar
kelak bunga bisa tau suara bunga sendiri. Bunga sayang ayah...... kemana ibu ?
apa ibu tidak merindukan bunga ? kapan ibu pulang ? ada laki* yang bisa bikin
bunga bahagia, teman baru bunga. Dia bisa bikin bunga senyum. Dia agung murid
les ayah.
Ibuuuu.....
ibu dimana ? apakah bunga hanya bisa bertemu ibu dialam yang berbeda.
Belum
pernah ada yang bilang bunga secantik ibu. Kapan bunga tau wajah ibu ?
Agung :
(menangis, ia tak sanggup berbicara lagi, kemudian dibacalah kertas peninggalan
ibu bunga.
Tuhan, teramat besar dosaku terhadap anakku.
Mungkin ia sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik. Masihkah ada waktuku untuk
bertemu dengan mereka ? aku menyesal Tuhan. Aku akan mencari mereka lagi.
Agung
menangis sambil memegang tangan bunga.
Agung :”bunga
bangun bunga. Bunga, aku sayang bunga... bunga.. bunga cantik kayak ibu bunga.
Bunga... ibu mencarimu, ibu sayang padamu. Bangun bungaaa”
Pak tio :
(membaca kedua surat tersebut) “kamu menemukan salma ?” (sambil menangis)
Agung :”maaf
pak, bu salma sudah meninggal satu tahun lalu, ia tewas saat mencari bunga dan
bapak.”
Pak tio :”salmaaaaaaaa
?” (sambil menangis)
Bunga
pun tersadar, ia siuman. Ia segera meminta pulpen dan selembar kertas
Agung :”bunga
kamu sadar ? pak, bunga sadar”
Pak tio :”bunga
anak ayah, kamu sadar ?”
Bunga :
(menulis) “kapan bunga ketemu ibu yah ? apa hidup bunga cuma buat nunggu ibu?”
Pak tio :”nak,
ibu sudah meninggal”
Bunga :
(dengan nafas yang berat karena kaget, ia menulis lagi) “mungkin ibu sudah
menunggu bunga disana. Ayah jaga diri ya ?” (berbicara terbata-bata) “maaf
bunga merepotkan kalian. Terimakasih sudah mau menjadi teman bunga. Ayah,
Agung, bunga sayang kalian”
(pada saat itu bunga meninggal, ia berbicara saat akan menghebuskan
nafas terakhirnya) dengan sedih yang amat dalam, pak tio dan agung,
menyemayamkan bunga disamping makam ibunya. Yang disesali agung, adalah ia
hanya dapat mendengar suara pertama dan terakhir kalinya dari bunga.
Mengharukan teman
BalasHapuskunjungi myblog HakimDR.blogspot.com
makasih :)