Kamis, 21 Februari 2013

Contoh naskah drama



HIDUP UNTUK MENUNGGU IBU

Disuatu malam, hujan tiba-tiba turun, terlihat seorang lelaki tengah kalut menanti istrinya yang hendak melahirkan. Ia menunggu dengan cemas dan penuh harapan. Namun, semua nampak tak biasa dan dihari itulah semua berawal.
(pak tio resah, berkali-kali ia mondar mandir dengan rasa cemas, ia duduk dikursi ruang tamu sambil sesekali mengintip ke pintu kamar)
(kemudian seorang bidan keluar dari pintu kamar)
Pak Tio                  : “Bu, bagaimana istri dan anak saya ?” (cemasnya)
Bidan                     : “ Alhamdulillah mereka selamat, dan anak bapa, perempuan. Tapi....”
Pak Tio                  : “Syukurlah, tapi.... tapi kenapa bu ? (Pak tio kebingungan)
Bidan                    : “Tapi, maaf pak dengan sangat menyesal, anak bapak tidak dapat bicara. Ia tuna wicara, dikarenakan saat lahir, lehernya terbelit ari-ari, sehingga membuat pita suaranya terjepit dan tak berfungsi dan saat lahir pun, ia tak bisa menangis.”
Pak tio                  : “Apaaaaa ?... itu tidak mungkin bu, itu tidak mungkin.” (dengan kaget pak tio menangis sambil memeluk anaknya)
Bidan                    : “Saya mohon tenangkan diri bapak, bapak harus sabar, saya harap bapak bisa tenang, jangan biarkan istri bapak shock dalam keadaan lemah.”
Pak Tio                 : “Tapi bu, kenapa harus seperti ini ?” (ucapnya sambil menangis)
Bidan                    : “Maaf pak, sayapun tidak bisa berbuat apa-apa, saya harap bapak sabar, kalau begitu, saya mohon pamit.”
(tak berapa lama istri pak Tio siuman)
Bu Salma             : “Ayah, dimana anakku ?”
Pak tio                  : “Ibu... ibu sudah sadar ? Ini anak kita bu, anak kita perempuan.”
Bu Salma             : “Mana yah ? aku ingin menggendongnya “
Pak Tio                 : “Ini Bu, anak kita cantik, tapi......
Bu Salma             : “Tapi.. Tapi kenapa yah ?”
Pak Tio                 : “Tapi dia bisu bu, dia tidak bisa bicara” (menangis sambil memberikannya kepada bu salma)
Bu Salma             : “Apaaaaa? Gak mungkin yah, ayah bohong. Pasti itu bukan anakku !” (sambil menolak menggendong anaknya sendiri)
Pak Tio                 : “Bu, ini anak kita bu, ibu gak boleh gitu”
(selama beberapa hari, Bu Salma masih enggan menggendong bahkan menyusui anaknya, hingga suatu malam pertengkaraan pun terjadi)
Pak Tio                 :”Bu .. sudah seminggu ibu tak mau menggendong anak kita, bahkan kamu tak mau menyusuinya, kasian anak kita bu”
Bu Salma             :”itu bukan anakku, aku tidak mungkin melahirkan anak yang cacat, semua ini salahmu !” (dengan berteriak dia mengemas pakainnya)
Pak Tio                 :”bu .. ibu mau kemana ? apa ibu tega meninggalkan ku dan anak kita ini ?”
Bu Salma             :”Sudahlah urus saja anakmu sendiri, aku akan pergi”
Pak Tio                 :” bu ini takdir,  ini cobaan buat kita, ini anak kita bu !”
Bu Salma             : (tanpa bicara, Bu Salma pergi meninggalkan mereka)
15 tahun berlalu, Pak Tio membesarkan anaknya sendirian, ia bekerja sebagai guru les tambahan,  ia memberinya nama Bunga Lestari. Anak itu tumbuh menjadi gadis yang cantik namun karena dia merasa minder, ia kurang pergaulan bahkan jarang memiliki teman.
Suatu hari ia sedang duduk terdiam menatap ayahnya diteras rumah.
Pak Tio                  :” kenapa nak ? (sambil tersenyum kepada anaknya itu)
Bunga                   : (bergegas dia mengambil buku kecil untuk menulis) “ayah lelah ?”
Pak Tio                                  :” kenapa bunga bertanya seperti itu ? tidak, ayah tidak lelah (berbohong kepada anaknya)
Bunga                   : (ia menulis lagi sambil menggelenkan kepala) “ayah bohong !”
Pak Tio                                  :” tidak nak, hanya saja ayah khawatir, sudah 15 tahun kamu hanya ditemani sebuah pulpen dan buku, ayah mau kamu belajar menggunakan bahasa isyarat, agar kamu juga bisa bermain seperti anak pada umumnya”
Bunga                                   : (dalam tangisan dia menulis lagi) “maafkan aku ayah, aku selalu membuat ayah khawatir”
Pak Tio                 :”nak, bagaimana kalo ayah carikan teman buat bunga ? tapi dia juga bisa ajari bunga, bunga mau kan ?” (sambil mengelus kepalanya)
Bunga                   : (ia mengangguk dan tersenyum)
Pak Tio                 :”ayah sayang bunga”
(tanpa sengaja bunga melihat bu Siti bersama anak perempuannya Nia yang sedang bercanda saat mereka berjalan)
Nia                         :” ibu ih, apa sih ? Nia ga suka sama indra, indra itu Cuma temen Nia Buuuu ..”

Bu Siti                   :”uuhh .. anak ibu ini suka bohong yaa kalo lagi kasmaran, yaudah, nanti malam Nia mau ibu masakin apa ?”
Nia                         :”nia mau kangkung bu, pasti masakan ibu enak, itu kan makanan favorit Nia”
Bu Siti                   :”ah dasar kamu, apa ga bosen ?”
Nia                         :”ya enggalah buu, abis enak sih, siapa dulu yang masak, Ibunya Niaaaaaa ...” (sambil memeluk pinggang ibunya)
(bunga terdiam, ia hanya merasa hal tersebut belum pernah ia rasakan seumur hidupnya, kemudia ia bertanya kepada ayahnya dalam sebuah tulisan).
Bunga                   :”ayaahh, ibu bunga kemana ?”
Pak Tio                 : (dia kaget) “ibumu ? ia akan segera kembali, dia juga sama mencintaimu seperti ayah”
Bunga                   : (ia terdiam kemudian menulis kembali) “kapan ibu pulang yah ?”
Pak tio                  :”ibu kamu akan pulang ketika kamu sudah belajar dan menjadi anak yang pintar”
Bunga                   :”bagaimana ibu ? apakah dia cantik ?”
Pak Tio                 : (ia terdiam lalu pergi tanpa berbicara apapun)
Bunga                   : (bunga sedih dan merasa sakit hati, ia menangis sambil memegang dadanya)
Tak lama seorang anak lelaki datang, ia bernama Agung, murid les Matematika Pak Tio. Ia datang ke rumah pak tio bermaksud untuk meminta les tambahan. Saat datang ia melihat bunga tengah duduk di teras.
Agung                   :”permisi, pak Tionya ada ?”
Bunga                   : (ia kaget, kemudian mengangguk dan masuk kerumahnya)
Agung                   : (kebingungan) “hah .. !! apa aku salah ?”
Tak sengaja Rani tetangga bunga melihat agung yang kebingungan, dan bertanya kepadanya

Rani                       :”eh kamu .. mau ke Pak Tio ya ?”
Agung                   :”iyaa, ia ada dirumah ga ya ?”
Rani                       :”mungkin ada, tunggu biar aku panggilkan. Pak tiooo .. paakkkk permisi .. pak ini ada tamu”
Tak lama kemudian Pak Tio datang
Pak Tio                 :”eh Rani, iya ran, ada apa ?”
Rani                                       :”ini pak ada tamu buat bapak”
Pak Tio                                  :”eh agung, silahkan masuk, ran kenapa diluar gak ikut masuk?”
Rani                                       :”ah enggak pak makasih, rani mau pulang aja.”
Pak Tio                                  :”oh, ya udah, makasih ya ran!”
Rani                                       :”sama-sama pak”
(pak Tio pun masuk ke dalam)
Pak Tio                                  :”oh iya gung, ada perlu apa nak agung kemari?” (sambil duduk)
Agung                                   :”pak, agung minta les tambahan ya, tapi biar agung saja yang temuin bapak di rumah”
Pak Tio                                  :”loh, emangnya ada apa gung?”
Agung                                   :”gini lho pa, sebentar lagi kan agung UAS, nah ada materi yang belum agung paham pa, bapak ada waktu gak?”
Pak Tio                                  :”ada gung, ya sudah nak agung nanti kesini saja, nanti kita atur jadwalnya.”
Agung                                   :”baguslah kalo begitu, terimakasih ya pak. Oh iya pak, siapa perempuan tadi yang duduk di depan?”
Pak Tio                                  :”oh itu, dia anak bapak, kenapa?”
Agung                                   :”oh gak papa kok, cuman agung baru liat. Ya udah pak, agung pamit pulang, assalamualaikum.” (sambil sun tangan)
Pak Tio                                  :”ya gung, waalaikumsalam, hati-hati ya.”
(keesokan harinya, Pak Tio membawa seorang teman ia sengaja mengundang bu Vina untuk mengajarkan Bunga belajar bahasa isyarat)                                                                     

Pak Tio                 :”bunga,... ayah membawa teman lho.” (membuyarkan lamunan bunga diruang tamu)
Bunga                                   : (siapa yah?)
Pak Tio                                  :”kenalkan ini ibu Vina, nanti dia bisa ajarin bunga belajar.”
Bu Vina                                 :”hai bunga, bagaimana kabarmu?, kamu cantik...” (sambil mengelus rambut)
Pak Tio                 :”kalau begitu bu, maaf saya tinggal dulu, saya harus mengajar les hari ini, bunga, ayah pergi dulu ya ? biar bu Vina yang temani bunga, Bu, jika ada tamu yang datang suruh saja dia menunggu.”
Bu Vina                :”Tentu pak”
Pak tio pun pergi
Bu vina                 :”Bunga, kamu harus belajar barbahasa isyarat menggunakan tangan dan ekspresi wajah kamu, begini yaa ?
(selama beberapa jam saja, bunga sudah merasa nyaman, bersama bu Vina, ia belajar banyak dari teman ayahnya itu, kemudian mulai belajar bahasa isyarat)
Bu Vina                                 :”Bunga, kamu paham ? nah sekarang, bunga jangan malu menggunakan bahasa isyarat itu, dan jangan malu untuk berkomunikasi dengan oranglain, apalagi orang asing ya ?”
Bunga                   : (tersenyum kemudian mengangguk)
Siang harinya, agung datang kerumah pak tio, bersama teman sekelasnya Citra. Namun sayangnya, saat itu pak tio tidak ada dirumah.
Agung                   :”Permisi....”
(tak lama, Riska teman bermain bunga datang, melihat agung dan citra)
Riska                     :”Emh, siapa kalian ? ada perlu apa kerumah ini?”
Agung                   :”maaf, kami ingin bertemu pak tio, apa dia ada ?”
Riska                     :”oh pak Tio, mungkin dia ada di dalam, tunggu sebentar ya, biar aku panggilkan” (riska masuk kedalam rumah dan melihat bunga tengah belajar)
Riska                     :”oh ternyata ada tamu, maaf mengganggu”
Bu vina                 :”tidak apa, lagian waktu bunga belajar sama ibu sudah habis”
Riska                     :”wah akhirnya bunga belajar”
Bunga                   : (tersenyum)
Bu vina                 : “ sekarang kan udah ada temen bunga, kalo begitu ibu pamit pulang ya, bunga belajar terus ya, dah J assalamu’alaikum :*
Bunga                   : (mengangguk dan sun tangan kepada bu vina)
Riska                     :”oh iya bu wa’alaikumsalam”
Diteras agung dan citra berpapasan dengan bu vina, merekapun tersenyum
Bu Vina                :”mari ibu pulang duluan”
Agung+citra       :”oh iya bu, mari silahkan”
Citra                      :”siapa gung ? kamu kenal ibu itu ?”
Agung                   :”entahlah, tapi aku merasa tidak asing”
Citra                      :”hmmm. Kemana perempuan tadi ? kemana juga guru les mu itu ?”
Agung                   :”itu dia yang aku tidak tau”
(disamping itu bunga dan riska tengah berbincang didalam rumah)
Riska                     :”oh ya bunga, bagaimana kabarmu ?”
Bunga                   : (ia tersenyum, menggunakan bahasa isyarat), “baik dan kamu ?”
Riska                     :”wah kamu sudah belajar dengan baik, iya tentu aku baik, oh iya diluar ada laki* mencari ayahmu, ayahmu ada ?”
Bunga                   : (ia menggeleng dan menulis) “ayah tidak dirumah, ia mengajar les sejak tadi pagi”
Riska                     :”oh kalau begitu biar aku suruh pulang saja”
Bunga                   : (bunga mencegah dan menulis) “jangan, biar dia menunggu didalam, ayah bilang jika ada yang datang suruh ia menunggu”
Riska                     :”oh iya baiklah”
Riska pun keluar dan menyuruh agung agar menunggu pak tio didalam rumah, sementara itu bunga masuk ke kamar.
Riska                     :”eh bunga bilang tunggu saja didalam, tak lama lagi pak tio akan pulang.
Agung                   :”oh iya baiklah, terima kasih”
Sambil duduk riska berkenalan dengan agung dan citra
Riska                     :”kenalkan, nama aku riska”
Agung                   :”aku agung”
Citra                      :”aku citra”
Riska                     :”kalian murid lesnya pak tio juga ?”
Agung                   :” iya aku muridnya dan ini temanku”
Riska                     :”oh begitu, oh iya kalian kenal bunga ?”
Agung                   :”bunga ? tidak, siapa dia?”
Riska                     :”dia anak Pak tio sekaligus sahabatku”
Agung                   :”oh jadi namanya bunga, nama yang cantik”
Tak disadari citra merasa cemburu saat agung memuji bunga, karena  sebenarnya citra suka kepada agung
Citra                      :”hmm.. iya dia cantik.”
Riska                     :”oh iyaa hari ini aku ada tugas, aku lupa” (ia bergegas masuk kamar menemui bunga)
.............................
Riska                     :”bunga maaf yah, aku pulang dulu, nanti sore kesini lagi, aku ada tugas yang belum diselesaikan.”
Bunga                   :”iya” (menggunakan bahasa isyarat)
Riska                     :”agung, citra, aku pamit pulang ya”
Citra                      :”loh, ko pulang ?”
Riska                     :”iya, maaf ya, aku ada tugas nih. Hehe duluan ya ?”
Agung                   :”oh iya ris”
Lama agung dan citra menunggu, mencoba belajar sendiri sambil menunggu pak tio pulang. Mereka tetap tak paham soal matematika yang mereka kerjakan. Agung hanya menghela nafas dan berceloteh sendiri.
Citra                      :”lama sekali guru lesmu itu, huh.. citra pulang duluan yah, nanti saja agung jelaskan ini disekolah ya ?”
Agung                   :”oh, ya sudah hati-hati dijalan cit”
Citra                      :”iya, aku duluan”
Citra pulang
Agung                   :”huh, bagaimana ini, hmm darimana sih ini ? ko jadi segini, aduh aku pusing”
Tanpa sengaja bunga mendengarnya, ia mengintip dari pintu kamar, ia tersenyum melihat lelaki menggerutu sendiri tak jelas, tak sengaja agung memergoki bunga yang tengah tersenyum melihatnya.
Agung                   :”eh, kamu bunga kan ?”
Bunga                   : (ia mengangguk sambil malu-malu)
Agung                   :”kenapa kamu senyum bukannya bantuin, itu juga kalo bisa”
Bunga                   : (ia menatap lelaki itu dalam hatinya “tentu aku bisa”)
Dengan perlahan bunga menghampiri agung dan melihat tugas yang agung kerjakan. Diambillah pensil dari tangan agung dan ia kerjakan dengan cepat.
Agung                   : (ia tak mengedip sedikitpun) “wah kamu hebat bunga”
Bunga                   : (tersenyum)
Agung                   :”bagaimana bisa kamu kerjakan soal secepat ini ? ini rumit ? memang benar, buah jatuh tak jauh dari pohonnya”
Berawal dari situlah mereka mulai akrab, bunga, riska, agung dan citra. Sering kali mereka belajar bersama dengan pak tio sebagai gurunya. Namun, ketika itu agung belum tau bahwa selama ini bunga tidak hanya pendiam, namun ia juga tidak dapat berbicara, suatu hari bunga masuk kerumah sakit, ia sering pingsan dan sesak nafas, ketika itu riska mulai bercerita semua tentang bunga kepada agung.
Agung                   :”aku gak tau harus bilang apa, bunga pintar, baik dan aku suka, aku sayang dia, aku khawatir sama keadaan dia.”
Riska                     :”aku berharap dia baik-baik saja, agung aku punya surat buatmu dari bunga”
Agung                   : (ia mengambil suratnya lalu membacanya.)
Agung, bunga boleh minta tolong ke agung ? bunga minta agung cariin ibu bunga, ibu sudah lama ga pulang, bunga kangen ibu. Bunga mau lihat ibu, agung teman bunga yang baik. Ayah selalu diam ketika bunga tanya ibu, apa bunga salah ? agung bantu bunga yah ?
Semenjak itu agung mulai mencari informasi tentang keberadaan ibunya bunga (saat agung bertanya mendesak pak tio)
Agung                   :”pak saya mohon, beri saya informasi tentang ibu bunga”
Pak tio                  :”baiklah agung, yang bapak tau hanya alamat orang tuanya ibu bunga dari selembar foto yang bapak simpan, itu juga bapak simpan di rumah, dalam laci”
Agung                   :”bolehkah saya mengambilnya ?”
Pak tio                  :”ya, kamu ambil saja, ini kunci rumahnya”
Kemudian agung bergegas mencari alamat bersama foto dalam laci dirumah bunga, dan ia mendapatkannya, namun tidak hanya itu, ditemukannya diary kecil bernamakan bunga yang ia temukan tergeletak dilantai.
(kemudian diambillah olehnya)
Karena sangat terburu-buru saat keluar rumah agung berpapasan dengan ibu siti dan Nia.
Ibu siti                  :”eh ka, kakak habis darimana saja ?”
Nia                         :”ih bu, bukannya ini rumah perempuan bisu itu ?”
Ibu siti                  :”nia, kamu gak boleh begitu”
Agung                   :”agung lagi bantu teman bu.”
Ibu siti                  :”oh ya hati-hati ya nak”
Nia                         :”eh ka, ko mau maunya kakak bantu cewe bisu, nia malu punya kakak yang temenan sama orang bisu”
Agung                   :”diam kamu, ini urusanku, ibu agung pergi dulu, assalamu’alaikum”
Agungpun pergi ke alamat itu. Ia mencari tau informasi ibu bunga yang telah 15 tahun hilang, gingga pada saat itu ada salah satu teman bu salma memberi tahu hal yang sebenernya.
Teman bu Salma:”sudah sekitar 1 tahun ibu salma meninggal, ia meninggal ketika hendak mencari suaminya. ia meninggal tertabrak oleh mobil truck dan tewas ditempat dan aku menemukan kertas ini kertas ini dirumahnya, ambillah.
Dari situ agung tak bisa berbicara, ia segera berlari dan pergi ke rumah sakit. Sesampainya disana ia mendengar pembicaraan dokter dan pak tio.
Dokter                  :”bolehkah saya berbicara dengan bapak sebentar ?”
Pak tio                  :”tentu dok, mengenai apa ?”
Dokter                  :”ini mengenai kondisi bunga pak.”
Pak tio                  :”kondisi baik kan dok ?”
Dokter                  :”saya punya 2 kabar pak”
Pak tio                  :”apa itu dok ?”
Dokter                  :”kabar baiknya bunga masih bisa bertahan. Namun, dia mengidap penyakit kanker hati stadium terakhir. Saya harap bapak bisa tabah”
Pak tio                  :”apaaaaaaaaaa dok ?
Dokter                  :”iya pak, penyakit ini telah menyerang hati bunga selama 6 bulan terakhir.”
Agung                   :”apaaaaaaaaaaaaaaaa ? bungaaaaaaa (ia tersungkur jatuh terlalu lemas untuk berdiri, hatinya hancur, ia menangis, dan mencoba bangun dan berlari ke arah kamar bunga)
Agung lemas, ia tak sanggup berbicara apapun, ia hanya menatap gadis cantik tengah tertidur pulas, ketika ia ingat buku bunga, dan diary bunga yang ia pegang. Ia pun membukanya.
Buku Diary Bunga
Ya Allah......... bunga selalu berdoa agar suara bunga bisa kembali
Ya Allah.........bunga selalu berdoa agar kelak bunga bisa tau suara bunga sendiri. Bunga sayang ayah...... kemana ibu ? apa ibu tidak merindukan bunga ? kapan ibu pulang ? ada laki* yang bisa bikin bunga bahagia, teman baru bunga. Dia bisa bikin bunga senyum. Dia agung murid les ayah.
Ibuuuu..... ibu dimana ? apakah bunga hanya bisa bertemu ibu dialam yang berbeda.
Belum pernah ada yang bilang bunga secantik ibu. Kapan bunga tau wajah ibu ?
Agung                   : (menangis, ia tak sanggup berbicara lagi, kemudian dibacalah kertas peninggalan ibu bunga.
Tuhan, teramat besar dosaku terhadap anakku. Mungkin ia sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik. Masihkah ada waktuku untuk bertemu dengan mereka ? aku menyesal Tuhan. Aku akan mencari mereka lagi.
Agung menangis sambil memegang tangan bunga.
Agung                   :”bunga bangun bunga. Bunga, aku sayang bunga... bunga.. bunga cantik kayak ibu bunga. Bunga... ibu mencarimu, ibu sayang padamu. Bangun bungaaa”
Pak tio                  : (membaca kedua surat tersebut) “kamu menemukan salma ?” (sambil menangis)
Agung                   :”maaf pak, bu salma sudah meninggal satu tahun lalu, ia tewas saat mencari bunga dan bapak.”
Pak tio                  :”salmaaaaaaaa ?” (sambil menangis)
Bunga pun tersadar, ia siuman. Ia segera meminta pulpen dan selembar kertas
Agung                   :”bunga kamu sadar ? pak, bunga sadar”
Pak tio                  :”bunga anak ayah, kamu sadar ?”
Bunga                   : (menulis) “kapan bunga ketemu ibu yah ? apa hidup bunga cuma buat nunggu ibu?”
Pak tio                  :”nak, ibu sudah meninggal”
Bunga                   : (dengan nafas yang berat karena kaget, ia menulis lagi) “mungkin ibu sudah menunggu bunga disana. Ayah jaga diri ya ?” (berbicara terbata-bata) “maaf bunga merepotkan kalian. Terimakasih sudah mau menjadi teman bunga. Ayah, Agung, bunga sayang kalian”
(pada saat itu bunga meninggal, ia berbicara saat akan menghebuskan nafas terakhirnya) dengan sedih yang amat dalam, pak tio dan agung, menyemayamkan bunga disamping makam ibunya. Yang disesali agung, adalah ia hanya dapat mendengar suara pertama dan terakhir kalinya dari bunga.

1 komentar:

  1. Mengharukan teman
    kunjungi myblog HakimDR.blogspot.com
    makasih :)

    BalasHapus